Budaya Timur Yang Terkorosi Modernisasi
A. Pendahuluan
Budaya timur yang dimaksudkan dijudul adalah hasil olah pikir manusia
Indonesia yang terealisasi dalam wujud budaya kongkrit dan memiliki nilai-nilai
luhur sesuai dengan watak dan kepribadian orang Indonesia.
Modernisasi, dan westernisasi yang sekarang ini muncul diberbagai level
dan lapisan dari kota hingga pelosok pedesaan, secara sistematis telah
memporakporandakan tata nilai kehidupan yang beratus tahun pernah kita miliki.
Sekarang tak terpertahankan, bahkan nyaris musnah.
Kita yang hidup pada dimensi kekinian, tidak perlu anti modernisasi atau
westernisasi, malah kita harus bersyukur masih menikmatinya. Yang perlu kita
pikirkan secara serius, yaitu bagaimana strateginya agar kita bisa menikmati
modernisasi, westernisasi dengan tanpa kehilangan jati diri atau kepribadian
sebagai pewarisan masa lalu.
Permasalahannya, apakah kita sanggup menjadi manusia modern tapi tanpa
kehilangan jati diri ketimuran. Kiranya strategi apa yang perlu kita pakai
untuk mensiasati permasalahan termaksud di atas.
B. Tumbuhkan Kesadaran Diri
Berbicara kesadaran diri pada era modernisasi, sepertinya suatu hal yang
sangat sulit untuk direalisasikan. Modernisasi dan westernisasi, jujur saja
kita akui, memiliki daya pesona yang sangat menggoda kehidupan manusia
diberbagai level dan tingkatan. Padahal perangkat filterisasi untuk menyaring
westernisasi dan modernisasi agar dapat diterima secara seimbang sudah
tersedia. Seperti kita punya agama, Pancasila, penambahan kurikulum berbasiskan
kearifan lokal dan alat-alat filterisasi lainnya yang tidak perlu disebutkan
satu persatu.
Sepertinya, kiat-kiat untuk menumbuhkan kesadaran diri ini, diantaranya
kita perlu menoleh kebelakang untuk memahami kembali keberhasilan para
pendahulu kita dimasa kejayaan Sriwijaya, Majapahit, Mataram, Demak, Mataram
dan sebagainya. Mereka para pendahulu tersebut di atas pada dasarnya relatif
mampu membangun dan mempertahankan kesadaran diri. Padahal pada masa itu,
Nusantara sudah menjadi pusat pertemuan
bangsa-bangsa dari hampir seluruh dunia. Alasannya, karena Nusantara Indonesia,
posisi geografisnya menempati posisi silang dunia. Nusantara wilayah
perairannya sengkali dilayari oleh para pedagang mancanegara dari timur ke
barat dan sebaliknya. Saat itu berbagai faham budaya, politik dari luar masuk
ke jiwa bangsa Nusantara, tapi hebatnya mereka tanpa kehilangan
kenusantaraannya.
Mencermati pemikiran di atas, artinya, bukan berarti kita harus mampu
mempertahankan budaya masa keemasan Sriwijaya atau Majapahit dll, namun kita
harus mampu mewarisi kekonsistenan cara berpikir moyang kita dalam
mempertahankan nilai-nilai inti yang sudah terpatri pada jati dirinya ditengah
derasnya gempuran nilai-nilai budaya dari luar.
Di samping kita harus banyak belajar dari kehidupan masa lalu,
sepertinya, untuk membangkitkan kesadaran diri itu, kita perlu memfungsikan
agama sebagai institusi yang kredibel, untuk memilih dan memilah antara yang
semestinya dan yang tidak semestinya. Agama jangan dijadikan piranti
komersialisasi oleh kalangan tertentu, yang ujung-ujungnya untuk memperkaya
diri secara material. Demikian juga, Pancasila tidak perlu lagi diperdebatkan
keberadaannya. Justru harus dipikirkan, bagaimana tahapan memfungsikannya dalam
kehidupan.
C. Harus banyak belajar dari Jepang
Mengapa kita merujuk ke Jepang dalam hal membangun kesadaran diri.
Bangsa Jepang di Asia sepertinya sebagai bangsa yang ideal dalam
kemampuannya mempertahankan jati diri kehistorisannya.
Ungkapan ini terlepas dari masalah Jepang pernah menyengsarakan kita 1942-1945.
Kalau kita perhatikan keberadaan Jepang sekarang ini, ternyata Jepang
itu sebagai bangsa yang berani menjadi bangsa yang modern, tapi tanpa
kehilangan jati diri kebangsaannya. Jepang menjadi negara modern terkemuka di
dunia, tanpa meninggalkan tradisi. Tradisi oleh bangsa Jepang dijadikan alat
untuk agar bangsa Jepang tetap arif di tengah-tengah hingar bingarnya
kemajuan. Orang Jepang punya tradisi mundur manakala membuat kesalahan dan
berani diproses melalui hukum yang berlaku.
Sikap yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan bangsa Asia lainnya,
khususnya dengan bangsa Indonesia.
D. Simpulan
Agar budaya ketimuran yang adiluhung itu tetap terpelihara di dalam
kehidupan kita, dan dapat difungsikan sebagai penyeimbang terhadap derasnya
modernisasi dan westernisasi yang sekarang ini melintas dan ada dihadapan kita.
Untuk itu sedikitnya: 1. Kita harus banyak belajar dari sejarah yang pernah
ditorehkan oleh moyang kita dimasa kejayaannya.
2.
Kita harus banyak belajar dari bangsa Jepang yang telah berhasil menjadi bangsa
yang modern, tanpa kehilangan tradisi warisan moyangnya.
Nara Sunmber :
babyliss pro nano titanium hair dryer
ReplyDeletebabyliss remmington titanium pro titanium chloride nano titanium hair dryer. · · · · · · · · · smith titanium · · · · · · · · · titanium mens ring · · · · · · · · · ·. ·. ·. ·. ·. ·. ·. titanium sheet