Sejarah Naratif (narrative history)
Karya tulis sejarah, berdasar kepada cara pengerjaannya dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok. Pertama, karya tulis sejarah naratif
(narrative history), dan kedua, karya tulis sejarah analitis (analitical history).
Pada kesempatan tulisan ini, hanya
akan membahas mengenai tulisan sejarah naratif. Pembahasan ini dirasa
sangat urgen, terutama untuk memberikan wawasan kepada mereka yang bukan ahli
sejarah, yang sering kali suka berpikiran, bahwa sejarah itu ditulis
sesederhana seperti apa yang mereka bayangkan.
Kalau bicara karya tulis sejarah narative, mau tidak mau kita harus
membandingkannya dengan karya sejarah non-naratif atau sejarah analitis. Kalau
tidak ada upaya membandingkannya, kita akan mengalami kesulitan dalam memahami
sejarah naratif. Karena kedua karya tulis sejarah tersebut satu sama lain
terdapat perbedaan dalam cara pengerjaannya. Logikanya, beda cara pengerjaan
akan berpengaruh kepada produk dan isi yang dihasilkan.
Karya sejarah naratif bisa ditulis oleh bukan seorang ahli sejarah,
artinya bisa ditulis oleh sembarang orang asal si penulisnya ada rasa senang
kepada kejadian-kejadian sejarah. Seperti misalnya almarhum Jendral Besar Abdul
Haris Nasution, beliau suka kepada sejarah, dan bahkan beliau sebagai pelaku
sejarah dan sekaligus menulis sejarah. Demikian pula almarhum Bung Karno, dan
Bung Hatta mereka adalah gemar kepada sejarah dan juga sebagai pelaku sejarah
juga sekaligus suka menulis sejarah. Dan ketika mereka menulis sejarah, sudah dapat
dipastikan karyanya masuk dalam kelompok sejarah naratif. Mengapa demikian?
Sejarah naratif bisa ditulis oleh sembarang orang, karena cara
pengerjaannya atau orang yang mengerjakannya secara akademis tidak dituntut
sebagai seorang profesional di bidang kesejarahan. Biasanya, orang yang tidak
profesional dibidang kesejarahan, setidaknya mereka kurang paham dengan teori, konsep, dan metode
yang berkaitan dengan disiplin ilmu sejarah.
Sejarah naratif gaya penulisannya bersifat no problem oriented, artinya
dalam penulisannya tidak ber-orientasi kepada masalah dan tidak bersifat
memecahkan masalah. Jadi sejarah naratif itu ditulis bisa tanpa menggunakan
teori dan metode, dan juga tidak berkepentingan untuk menjelaskan kausalitas
atau hubungan sebab akibat dari berbagai dimensi yang melahirkan peristiwa yang
sedang ditulis. Sejarah naratif ditulis hanya sebatas mendeskrifsikan kronologi
kejadian dari peristiwa yang ditulisnya. Jadi sejarah naratif tidak bersifat
ilmiah.
Berbeda dengan karya sejarah analitis. Karya sejarah yang satu ini dalam
penulisannya bersifat problem orientied, artinya dalam pengerjaan penulisannya
berorientasi kepada masalah, dan harus memecahkan masalah. Dengan demikian,
penulisannya harus menggunakan teori, konsep, dan metode sejarah, dan harus
dikerjakan secara akademis oleh mereka yang pernah menimba ilmu di bidang
disiplin ilmu sejarah. Singkat kata, sejarah analitis tentu saja akan bersifat
ilmiah baik pengerjaannya maupun hasilnya. Sebab seorang profesional, ketika
melakukan penelitian maupun pada tahap penulisan, mereka harus patuh kepada
kaidah-kaidah ilmiah yang ada dalam
bidang disiplin ilmu sejarah.
bagus isi nya,tpi gak ada sumber,apakah ini menurut pemikiran sendiri ?
ReplyDeleteAgen Judi Terpercaya Yang Bisa Melakukan Top Up Melalui Via All Bank Lokal Indonesia !!!
ReplyDeleteSupport Transaksi Bandar Judi Deposit Via OVO, Bandar Judi DEPOSIT VIA PULSA, Bandar Judi Deposit Via Gopay !!
Zeusbola Selalu Memberikan Fasilitas Mewah & Mantap Untuk Para Penggemar Taruhan Online.
Daftar Gampang, Praktis, Mudah dan Cepat.
INFO SELANJUTNYA SEGERA HUBUNGI KAMI DI :
WHATSAPP :+62 822-7710-4607
TELEGRAM :@zeusbola
FACEBOOK :zeusbolame
INSTAGRAM :@zeusbola.official
TWITTER :@zeusbola